Remaja adalah manusia ,makhluk ciptaan Allah SWT yang
sudah mengalami perkembangan fisik dan pemikiran melampaui masa
kanak-kanaknya Definisi pertama bahwa remaja adalah manusia ciptaan
Allah, akan memberikan suasana penyadaran pada remaja, bahwa ia adalah
makhluk yang bersifat lemah, serba kurang, dan saling bergantung dgn
makhluk lain yang berarti ia butuh pada Sang Maha Pencipta. .
Perkembangan fisik seringkali menjadi semata-mata kebanggan remaja,
padahal hal ini seharusnya semakin menambah ketakwaan dirinya pada Allah
dan aturan-aturan-Nya.Bukan malah semakin ingin eksis kebandelan dan
kebrutalannya, karena itu perkembangan pemikiran (kematangan
intelektual) menjadi penting untuk menyebut dirinya remaja, sebagaimana
definisi berikutnya . Karena seringkali fisik bertambah dan berkembang
akan tetapi perilakunya jauh dari hasil daya pikir yang cemerlang.
Misalnya saja ketika ia merasakan cinta, maka akan langsung ia
lampiaskan sebagian besar hidupnya untuk cinta pada lawan jenisnya.
Sehingga ia tidak mampu untuk berpikir tentang resiko perbuatannya.
Banyak keluarga MBA (Married by Accident) adalah keluarga yang rapuh,
baik kelanggengannya maupun keturunannya. Jauh dari kesadaran akan
tangging jawab. Belum lagi apabila remaja ini hanya siap untuk seks
bebas, tentu resiko rusaknya social masyarakat jauh lebih besar lagi.
Karena itu Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an Surat An Nisaa ayat 1,
yang artinya “Hai sekalian manusia bertakwalah pada TuhanMu yang
menciptakanmu dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan
istrinya, dan dari keduanya Allah nebgembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak…”,memerintahkan kepada manusia untuk selalu
memperhatikan anak-anaknya agar di usia remajanya ia semakin menjadi
pribadi yang bertakwa,sholih, dan mengerti tujuan penciptaan dirinya
adalah untuk mengabdi pada Allah SWT.
MENGAPA ADA MASALAH DALAM PERGAULAN REMAJA
Remaja menghadapi 2 problem besar.Problem pertama adalah problen
intern,ini secara alami akan terjadi pada diri remaja. Hasrat seksual
yang berasal dari naluri seksualnya, mulai mendorong untuk dipenuhi. Hal
ini sangat fitrah karena fisiknya secara primer maupun sekunder sudah
mulai berkembang. Misalnya mulai berfungsinya hormon testosteron pada
laki-laki menyebabkan pertumbuhan bulu pada daerah fisik tertentu,
berubahnya suara menjadi lebih besar. Atau mulai berfungsuinya hormon
progesteron pada perempuan menyebabkan perubahan fisik di dadanya, dan
sekaligus mengalami menstruasi.
Mengapa ini bisa dikatakan
problem? Karena apabila remaja tersebut tidak paham tentang hal ini maka
ia tidak mengerti cara merawat dirinya sehingga bisa tumbuh menjadi
remaja yang tidak sehat secara fisik. Banyak orang tua yang tidak merasa
perlu memahamkan remajanya bagaimana merawat organ kemaluannya, atau
bagaimana agar menjaga tubuhnya tidak menjadi “ekstra bau” sehingga ia
memiliki kendala dalam berinteraksi dengan teman-temannya.
Problem
yang kedua adalah problem eksternal. Inilah yang terkatagori dalam
pembentukan lingkungan tempat remaja berkiprah. Faktor penting yang
membuat remaja “selamat’ dalam pergaulannya adalah faktor pemikiran dan
faktor rangsangan.Pemikiran adalah sekumpulan ide tentang kehidupan yang
diambil dan dipenetrasikan oleh remaja itu ke dalam benaknya sehingga
menjadi sebuah pemahaman yang mendorong setiap perilakunya.
Pemikiran
penting yang membentuk remaja adalah: makna kehidupan, standar
kebahagiaan hidup, dan standar perilaku. Misalnya ketika seorang remaja
memahami bahwa makna kehidupan ini adalah materi, kebahagiaan adalah
kekayaan, dan standar perilaku adalah yang penting ada ‘manfaat’ agar
jadi kaya, maka kita akan menemukan remaja seperti ini tidak akan
memahami resiko perbuatannya. Baginya mencuri,narkoba sambil
mendagangkannya, seks bebas adalah kenikmatan dan tujuan hidupnya.
Remaja seperti ini akan banyak kita temukan dalam lingkungan masyarakat
sekuler (menjauhkan diri dari agama). Ia hidup diliputi dengan hal-hal
yang berbau Materialisme. Bagaimana tontonan kesehariannya adalah acara
konters-kontes agar menjadi tenar dan kaya, tanpa perlu ilmu apalagi
intelektualitas tinggi. Rangsangan pornografi dan pornoaksi menjadi
konsumsi kesharian. Maka dari sinilah muncul PROBLEM BESAR REMAJA. Tidak
sedikit orang tua kebingungan mengatasi hal ini, sehingga ada salah
seorang yang berkata, apa lagi salah saya mendidik, padahal anak saya
itu sudah tamat belajar iqro’ 6, tapi mengapa dua putri saya hamil
diluar nikah?????
SOLUSI
Ada 3 pihak
yang harus diberikan jalan keluar masalah remaja. Pihak pertama adalah
orang tua atau keluarga. Orang tua wajib membekali diri dengan ilmu
dalam mendidik anak.Yang paling mendasar adalah masalah aqidah atau
keimanan. Ia harus benar-benar menjadi orang tua yang sadar bahwa
kehidupan pernikahannya adalah ibadah pada Allah SWT. Sehingga sang ayah
akan mengerti peran strategisnya sebagai pimpinan keluarga, adalah
membentuk rekan atau partner yang juga mengerti bahwa visi kehidupan
adalah meraih surga Allah SWT, dengan misi mengemban hukum-hukum atau
aturan Allah dimana pun mereka berada. Jelas ia tidak pernah abai
sedetik pun dengan pendidikan Islam pada istrinya, karena ia mengerti
benar bahwa istrinya lah yang akan lebih dekat dengan anak-anaknya dalam
pergaulan dan interaksi di rumah, juga pada anak-anaknya. Karena itu
pula ia tidak pernah abai untuk selalu tholabul ’ilmi, karena ia pun
butuh bekal yang memadai sebagai nahkoda rumah tangganya. Penting pula
bagi orang tua untuk menciptakan suasana komunikatif, selain ia selalu
memberi ’reward’ dan dan berwenang memberikan ’punishment’ dalam
mendidik. Suasana yang tidak komunikatif atau satu arah saja, akan
membuat orang tua kesulitan dalam menggali permasalahan anak-anaknya,
sehingga ia akan kehilangan momen penting dalam hidupnya, yaitu sebagai
tempat curahan pikiran dan perasaan buah hatinya. Tujuan dari semuanya
ini adalah meyatukan standar kebahagiaan dalam keluarganya yaitu
teraihnya ridho Allah SWT, dan standar perilaku yang benar yaitu halal
haram menurut aturan Allah SWT.
Pihak kedua adalah remaja itu
sendiri. Remaja harus membiasakan diri dengan perilaku selektif dalam
memilih tempat bergaul. Ini penting karena perkembangan seksual yang
alami dalam dirinya akan berkaitan erat dengan kadar informasi seksual
yang ia dapatkan dalam kehidupannya. Apabila ia memilih pergaulan yang
tidak pernah absen menonton vcd porno, berkata jorok, campur baur
laki-laki dan perempuan tanpa aturan, dan terbiasa mengkoleksi buku-buku
bacaan porno, maka remaja ini akan jatuh ke dalam pergaulan seks
bebas. Tapi apabila sejak dari kecil ia membiasakan dirinya dalam
pergaulan masjid, diskusi interaktif tentang keislaman, atau kajian
bedah buku politik dalam islam, juga mengikuti kursus-kursus tambahan
pelajaran, dan menyibukkan mempelajari bahasa Arab dan Inggris, ini akan
menyita pikiran seksualnya. Sehingga ia akan mempunyai tingkat
intelektualitas yang progresif dan mampu menangkal pergaulan bebas.
Remaja seperti ini bisa dikatakan semakin asing, karena semakin asingnya
Islam di tengah masyarakatnya.
Pihak ketiga adalah negara.
Negara adalah kepemimpinan masyarakat secara umum. Wewenang besar ada
pada negara dalam menerapkan model dan macam aturan untuk masyarakatnya.
Apabila sebuah negara lebih memilih model negara korporasi (kapitalis,
pedagang dan pebisnis untuk rakyatnya), maka ia akan menerapkan aturan
yang berdampak pada keuntungan bisnis dengan dalih untuk masukan negara.
Misalnya dibolehkannya majalah porno semacam play boy dan tayangan
porno dalam bidang hiburan, ini tidak dapat dilepaskan dari aturan yang
sudah disahkan oleh pemerintah itu sendiri. Bagi negara semacam ini
masalah dampak kepada masyarakat bukanlah suatu yang diperhitungkan.
Negara semacam inilah yang sekarang sedang mengatur kehidupan kita.
Sehingga harus ada keinginan kuat dari masyarakatnya untuk merobah asas
sekulerisme negara ini menjadi asas Islam.
PERLUKAH EDUKASI SEKSUAL?
Islam
tidak pernah menjadikan ummatnya yang tunduk dan patuh pada aturan
Allah SWT menjadi bahan trial and error. Karena dipastikan bahwa Islam
adalah agama Rahmatan lil ’alamin.Sehingga Islam tidaklah asing dalam
masalah edukasi seksual ini. Misalnya mengenalkan bahwa diri anak kita
adalah laki-laki atau perempuan, bagaimana adik dilahirkan, mengapa
kamar atau tempat tidur mereka dipisahkan antara laki-laki dan
perempuan, mengapa tidak boleh satu selimut walaupun dengan sesama
perempuan atau laki-laki, bagaimana cara menutup aurat di luar rumah dan
di dalam rumah, apa itu hubungan atau interaksi berbeda jenis, larangan
berkholwat (berdua-duaan), sampai pada apa itu perkawinan, mengapa ibu
dan ayahnya menikah, dan mengapa setelah menikah baru ada anak. Ini
semua dan banyak lagi yang lainnya adalah dekat dengan kehidupan
keluarga yang penuh ketaatan pada Allah SWT.
Berbeda halnya
dengan edukasi seksual ala sekuleris kapitalis liberalis, adalah
bagaimana mengajarkan seks dengan aman, agar tidak terkena AIDS atau
hamil diluar pernikahan. Ini malahan mendorong remaja untuk melakukan
seks sedini mungkin. Bagaimana sebuah sekolah di Inggris, gurunya
memerintahkan sepasang muridnya untuk berciuman mulut di depan kelas,
untuk mempraktekkan seks secara ”aman”.Na’udzubillahi min dzalik.
Karena
itu hendaknya remaja menjauhi edukasi semacam ini. Edukasi dseksual
dalam Islam bahkan harus ditanankan sejak kecil, sesuai dengan daya
pikir pada usianya. Ini justru akan membentuk daya selektifnya dalam
memilih pergaulan.Bahkan kelak ia akan menjadi remaja yang punya daya
perobah lingkungan, bukan jadi remaja yang mudah berobah karena
lingkungan. Asik kan jadi remaja Islam yang sholeh, tetap gaul dan
selamat dunia akhirat lagiiii…Wallahu a’lam bish showwab
Thursday, November 22, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment